Program Desa Mitra Unsoed: Menjadikan Susukan sebagai Desa Wisata Edukasi
Selain Program Bank Sampah yang telah kami tuliskan sebelumnya di sini, Desa Susukan sebagai Desa Mitra Unsoed juga mempunyai program unggulan lain, yaitu program desa wisata. Salah satu kegiatan yang akan segera dilaksanakan dalam program desa wisata ini adalah melakukan transformasi sekaligus edukasi, bahwa sawah, dengan sedikit sentuhan yang tidaklah mewah, dapat berubah, bertransformasi menjadi lebih indah.
Maka telah berlalu beberapa pertemuan sebelumnya, yang membahas tentang konsep demi konsep, ide demi ide, yang kemudian akan segera direalisasikan dalam waktu tidak lama lagi. Dimulai dengan pertemuan pada sore hari, Selasa, 10 Juli 2018 Tim PPDM Unsoed (Bapak Dadang, Ibu Aldila, Ibu Okti) dengan pengelola BUMDesa Susukan (Rigih, Fajar, dan Eko), konsep transformasi sawah disepakati berupa mina padi dipadukan dengan pertanian organik dan bunga-bunga sebagai pengalih hama.
Selain itu, tepian sawah di sisi selatan dan barat, akan diberikan ruang memanjang dengan lebar 2,5 meter (sisi selatan), dan 4 meter (sisi barat). Tepian ini akan difungsikan sebagai tempat bersantai, tempat nongkrong, tempat duduk-duduk sembari menikmati nuansa persawahan mina padi.
Pematang sawahnya akan dibuat selebar 40 cm dengan pijakan berupa paving berukuran 40 x 80 cm. Sisi kanan dan kiri pematang selebar masing-masing 20 cm akan ditanami dengan tanaman bunga sebagai aksen keindahan sekaligus pengalih hama.
Di kanan dan kiri pematang, akan digali semacam parit dengan kedalaman 30 cm dan lebar 50 cm. Parit ini akan digunakan sebagai media untuk budidaya ikan mujair, bawal, ataupun ikan mas.
Sampai disini, can u imagine it?
Beranjak sore, tim PPDM Unsoed dan BUMDesa Susukan menuju ke Dukuh Manis untuk bertemu dengan perangkat desa yang membidangi masalah Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Susukan. Pak Misman namanya. Beliau adalah Kasi Kesejahteraan Desa Susukan.
Kepada beliau kami sampaikan konsep dan ide tersebut di atas, dan mohon masukan serta arahan beliau, khususnya terkait bagaimana pengelolaan sawah tersebut kelak. Karena selain sebagai sentuhan luar berupa hiasan dan ornamen, sawah tersebut juga dimaksudkan sebagai pilot project bagaimana sebuah sawah bisa memiliki nilai yang unik, menarik, tanpa merusak alam, yaitu dengan pertanian organik.
Setelah berdiskusi dan menerima berbagai masukan serta saran dari Bapak Misman, Tim PPDM Unsoed pamit dan undur diri.
Namun tidak sampai disitu. Hari berikutnya diskusi kembali digelar, kali ini di Cafe Wisata Niaga Purwokerto. Topik kali ini terkait bagaimana melakukan branding wisata edukasi, khususnya dengan market anak usia TK dan SD. Diskusi yang hangat ini menghasilkan beberapa kesimpulan konsep jenis kegiatan edukasi yang dapat dilakukan di Taman Lazuardi antara lain: Bermain dan Belajar Bersama Kelinci dan Ikan, Ayo Menanam Padi, Ayo Menanam Sayur, dan Alamku dalam Kanvas.
Kemudian sesuai dengan target yang harus dicapai, proses transformasi sawah akan dimulai paling lambat minggu depan. Sedangkan branding wisata edukasi akan coba diaplikasikan paling lambat bulan September tahun 2018.
Tertarik dengan Desa Susukan? Jangan ragu untuk sekedar mampir atau bertanya, dengan senang hati kami akan menyambut anda.