Buruh Pelipat Tas Kertas Susukan, Karena Uang Tak Akan Datang Tanpa Dijemput

Pada era sekarang untuk mendapat pekerjaan tidak lah mudah, persaingan dimana mana begitu ketat. Kualifikasinya yg di cari semakin tinggi, bahkan orang sudah berpendidikan tinggipun untuk mendapatkan pekerjaan yg sesuai tidak semudah membalikan telapak tangan.

[caption id="attachment_1206" align="alignleft" width="225"] Bu Carsem, Pelipat Tas Kertas[/caption]

Nah, lalu apalah daya jika seorang berpendidikan rendah, usia sudah tua,kurangnya ketrampilan, sudah mempunyai anak, ingin mempunyai penghasilan?? Yaa... jalan satu satunya bekerja pada bidang yg tidak mempunyai kualifikasi tertentu/ bebas. Bebas dikerjakan dimanapun bahkan kapan pun.

Apakah masih ada pekerjaan seperti itu? Masih, bahkan banyak asal kita ada kemauan. Seperti hal nya di desa Susukan, masih ada pengepul "Tas kertas oleh-oleh". Pengepul tersebut memberdayakan orang orang disekitarnya untuk bekerja bersamanya. Para pekerja buruh " Penglipat tas kertas" adalah ibu-ibu yg tidak ada kegiatan di rumah yang ingin mempunyai penghasilan untuk membantu suami.

Bahkan juga banyak ibu-ibu yang sudah tidak bersuami yg berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Cara membuatnya tdk begitu rumit, sehingga sangat mudah dikerjakan oleh ibu ibu yg rata rata sudah tua. Biasanya pengepul tidak memberikan batasan jumlah untuk kertas yg ingin dikerjakan oleh para buruh. Dan tidak ditentukan jg untuk waktu selesainya. Yang menarik, pekerjaan ini bebas dikerjakan dirumah, tanpa tekanan dan pengawasan. Bahkan pengerjaanya bebas di kerjakan kapan pun, kalau ada waktu senggang.

Untuk harga pengerjaan tas kertas dihargai Rp 30perak/lembarnya. Bayangkan untuk mendapatkan uang bentuk ribuan mereka harus melipat berapa banyak kertas??? Bayaran di berikan setelah selesai semua pengerjaannya. Berdasarkan narasumber yang saya temui, dia biasanya mendapatkan bayaran sekitar Rp 50.000-100.000/ bulan karena dikerjakan pada waktu senggang saja. Uniknya, bayaran yg diberikan tidak selalu berupa uang kertas, mereka kadang dibayar dengan uang recehan dri pecahan 200-1000an rupiah yg di bungkus plastik. Tanpa protes ataupun penolakan, ibu-ibu menerima dg senang hati. Luar biasa, sungguh nyata pengorbanan seorang.

Related Posts

Komentar