Quo Vadis Taman Lazuardi Desa Susukan?
Menarik membaca status salah seorang ekonom di facebook. Poin penting yang disampaikan dalam status tersebut adalah: mulailah dari yang kecil, mulai dari diri sendiri. Gagal lalu bangkit lagi. Berhasil lalu berbagi.
Dari sisi pandang ekonom tersebut, sistem ekonomi yang ideal untuk kesejahteraan rakyat adalah berbagi. Konkritnya, ketika kita mendirikan sebuah usaha, mempekerjakan orang, maka keberhasilan usaha itu sesungguhnya tidak lepas dari para pekerjanya. Maka adalah sebuah keniscayaan: pekerja harus ikut menikmati keberhasilan itu, dengan sesungguhnya.
Teknisnya adalah dengan membuka peluang para pekerja untuk ikut menjadi pemilik usaha, pemilik saham. Dengan menjadi pemilik saham, para pekerja punya suara untuk menentukan ke arah mana kebijakan dan perkembangan sebuah usaha. Dan saya pribadi setuju dengan konsep tersebut.
Melihat di Desa Susukan, saat ini telah berjalan sebuah usaha pengelolaan tempat wisata, Taman Lazuardi, yang dikelola oleh BUMDesa. Omzet dari tiket masuk antara 4 juta hingga 5 juta per bulan. Masih kecil memang. Tapi perlahan insyaAlloh akan terus berkembang.
Secara konsep, dulu pernah digagas adanya warung yang dikelola oleh masing-masing dusun. Biaya sewa sepenuhnya masuk ke masing-masing dusun. Namun dari 4 (empat) warung yang ada, hanya 1 (satu) yang masih bertahan. Konon omzetnya lumayan.
Usaha selanjutnya dari BUMDesa adalah unit usaha kuliner. Dimulai dengan usaha Sosis Telor dan Minuman Ice Coklat. Baru dirintis awal romadhon ini. Konsep manajemen juga masih meraba-raba, uji coba, bongkar pasang.
Suatu ketika, jika usaha-usaha itu berjalan dengan baik, konsep “berhasil lalu berbagi” sepertinya akan sangat menarik untuk diterapkan. Apalagi mengingat bahwa BUMDesa ini adalah sebuah bisnis dengan business core hybrid: ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
Dan mungkin saja, ketika konsep ini akan dijalankan kelak, akan ada hambatan-hambatan yang muncul. Namun jika sejak dini masyarakat sudah mulai berkenalan dengan konsep ini, minimal melalui tulisan ini, mudah-mudahan hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik. Bahkan mungkin saja, nantinya akan muncul konsep-konsep yang lebih baik, menyempurnakan atau bahkan mengganti konsep “Berhasil lalu Berbagi”